Ketika, "aku meminta wanita!"

Tercukil ingatanku, akan buaian saptaji,
iring-iring di lingkar peraduan,
rupawan pada sang perempuan.
Dua perempuanku!

Ketika, "aku meminta wanita!"
Monas telah ramai oleh tukang becak,
tangan-tangan terkepal,
mereka bawa lima tampah tumpeng,
untukmu dan dirimu,
keduanya aku cintai…
dua perempuanku,
manakah mereka yang telah aku cinta,
berdua merenggut batinku,
menyeruak menyusuri dunia dewasaku.

Terantar sesaji ‘tuk berdoa,
tersekat dua bayangan,
dua perempuanku,
keduanya aku sayangi, penuh catatan bahagia dan terhormat.
Ratu Indonesia,
juara triatlon,
pemenang sinetron kategori pembantu wanita terbaik,
kasatserse,
ketua perangkai bunga anggrek se-nusantara,
penari striptis,
wanita berbusana terelok tahun 1999/2000,
runner-up foto anak dan ibu,
de el el.

Kemudian, ketika, "aku meminta wanita!"
gunungan telah berlayar di puremu
dan dua telapak tangan telah merapat,
menunduk di kaki Baladewa,
tapi aliran itu tercemar,
limbah pabrik telah sampai di alur kehidupanmu,
burung camar terkulai lemas,
saat panjang rambutmu telah terurai, jatuh di hampar Tanah Lot
perempuan…perempuan….laksana pertiwi dalam setiap langkahku,
menerangi seribu gundah dalam hati,
memancar nur imaji dalam belai kasih.

Selanjutnya, dua perempuanku,
keduanya harapanku…
ingin kuraih bagai bunda mendekap hangat jiwa.
Perempuanku jauh,
keduanya jauh tapi dekat dihati,
mana di antara mereka tersuar dibirahiku,
disaat harga lombok merah besar turun,
disaat harga gabah anjlok,
disaat listrik terang dan gelap,
disaat orok-orok mengais susu bukan dari puting ibunya
disaat menteri-menteri berseteru,
disaat buronan bertato diterjang peluru
tapi ratap-ratap, dendang pelog, lenggak-lenggok, gemulai jemari,
jatuh di lirik kanan kiri bundar bola mata kambojamu,
lalu terkapar.
Ketika, "aku meminta wanita,"
kedua perempuanku,
tersoak dan tersekat,
perempuanku nan jauh di mata, diujung segara,
manakah di antara mereka yang akan menemani tidur para buah hatiku?

Putat Jaya, Januari 25th 2000