Aku Seorang Penakut

"Waktu itu aku memimpin sebuah demontrasi yang di dalamnya terkumpul ribuan mahasiswa. Mereka aku arahkan ke gedung rakyat (DPR) melewati rintangan-rintangan aparat bertameng fiberglass bersenjatakan SS1 (senapan serbu satu) di belakang punggung dan sebatang rotan."

Begitulah cerita salah seorang tokoh reformasi dalam sebuah peringatan sekian tahun tumbangnya Orde Baru. Hadir di situ pelaku-pelaku reformasi dan seorang sastrawan. Keberhasilan gerakan reformasi -dengan segala kontroversinya- memang melahirkan cerita-cerita heroik. Cerita-cerita tentang keberanian dan keberhasilan. Semua tokoh yang hadir menceritakan pengalaman-pengalaman pribadinya yang penuh heroisme sepanjang maraknya gerakan reformasi. Begitulah kisah-kisah yang keluar dari para pelaku reformasi.

Tibalah saatnya sang sastrawan mengisi acara tersebut.

Kisahnya; "Marak aksi mahasiswa menuntut reformasi. Bersama keberanian dan kegagahan mereka maju untuk menantang kekuatan politik. Mahasiswa dan masyarakat bersatu untuk berjuang. Dan mereka menang. Reformasi digulirkan. Semua aktor reformasi menjadi pahlawan. Dimana aku waktu itu?!"

Sang sastrawan diam sejenak.

"Aku....ada dirumah. Berdiam diri di sana. Hirup pikuk reformasi begitu menakutkanku. Aku tidak berani keluar rumah. Takut tertembak, seperti mahasiswa Trisakti. Takut tidak makan mengingat begitu mahalnya sembako. Aku takut meninggalkan rumah, anak-anakku, dan istriku. Maaf, aku seorang penakut. Yang tercerai dari kegagahan dan kepahlawanan. "

Semua diam. Hening.

[Bandung 8 Mei 2000, Zazuli] Copyrigth © 2000 Zazuli

----ooo()ooo----